Article Detail
Retret Penuh Makna anak Kelas VI SD St. Carolus
Dalam upaya
menghidupi nilai-nilai Tarakanita, khususnya nilai Celebration, para siswa SD
Santo Carolus Surabaya mengikuti kegiatan retret selama tiga hari yang sarat
makna dan kebersamaan. Kegiatan retret ini dilaksanakan pada hari Senin, 20
Oktober 2025 hingga Rabu, 22 Oktober 2025 untuk kelas kelas VIA dan pada hari
Rabu, 22 Oktober 2025 hingga Jumat, 24 Oktober 2025 untuk kelas VIB. Kegiatan
retret kali ini dibimbing oleh Romo Gabriel Galileo beserta team yang terdiri
dari Kak Bimo dan Kak Gaby. Kegiatan ini menjadi kesempatan berharga bagi para
siswa untuk berhenti sejenak dari rutinitas, merenungkan perjalanan hidup,
serta memperdalam relasi dengan Tuhan dan sesama. Retret yang diisi dengan
berbagai sesi refleksi, permainan, ibadat, dan sharing pengalaman ini
diharapkan membantu siswa mengenal diri sendiri, memahami arti kasih, dan
belajar menjadi pribadi yang berbelarasa.
 Hari Pertama: Mengenal Arti Retret dan Menemukan Kedamaian
Hari pertama
retret diawali dengan pembukaan dan doa bersama. Para peserta tampak antusias
memulai perjalanan rohani ini. Dalam sesi pertama, siswa diajak memahami makna
dan tujuan retret bahwa kegiatan ini bukan sekadar waktu untuk beristirahat,
tetapi juga ruang untuk bertemu dengan Tuhan dalam keheningan hati. Kegiatan
diselingi dengan ice breaking dan permainan kelompok yang menumbuhkan semangat
kebersamaan. Menjelang malam, seluruh peserta mengikuti ibadat malam yang
berjalan khidmat dan penuh keheningan.
Hari Kedua: Belajar Kasih, Bela Rasa, dan Pengampunan
Pagi hari
dimulai dengan ibadat pagi yang hangat dan membangkitkan semangat. Setelah itu,
para siswa mengikuti sesi ketiga: Menyadari Cinta Tuhan, di mana mereka diajak
merenungkan kasih Tuhan yang selalu hadir dalam hidup.
Dalam sesi
keempat, peserta mempelajari kisah pertobatan Zakheus. Melalui refleksi dan
diskusi, mereka belajar bahwa kasih bisa diwujudkan dalam tindakan sederhana.
Sebagai simbol kasih, setiap siswa melakukan kegiatan makan bersama dengan
“menyuapi teman”, yang menumbuhkan rasa peduli dan empati.
“Awalnya malu,
tapi ternyata menyuapi teman membuat saya sadar kalau kasih bisa diwujudkan
dengan hal sederhana,” kata Beatrice peserta retret.
Setelah makan
siang, para siswa mengikuti sesi kelima tentang bela rasa, terinspirasi dari
kisah Orang Samaria yang baik hati. Dalam sesi ini, mereka belajar pentingnya
menolong tanpa pamrih dan tanpa membeda-bedakan.
Malam harinya,
sesi keenam tentang pengampunan dan kejujuran menjadi momen paling mengharukan.
Para siswa diajak menuliskan peristiwa yang melukai hatinya yang ingin mereka
lepaskan, lalu mereka memohon ampun atas kesalahan dengan memberikan pelukan
kepada guru yang mewakili orang tua mereka sebagai simbol pembebasan dan
pengampunan.
“Saya belajar
bahwa mengampuni itu memang sulit, tapi setelah saya berani memaafkan, hati
saya terasa ringan,” kata Angel peserta retret.
Ini merupakan
ibadat rekonsiliasi yang tak terlupakan. Banyak siswa terlihat menitikkan air
mata haru, merasakan kedamaian setelah saling memaafkan dan berdoa bersama.
Hari Ketiga: Komitmen Baru dan Misa Penutup
Hari ketiga
menjadi puncak seluruh kegiatan. Setelah ibadat pagi, para siswa mengikuti sesi
pemahkotaan retret sebagai tanda penyelesaian proses refleksi dan pertumbuhan
rohani.
Selanjutnya,
mereka membuat kesepakatan bersama yang akan diterapkan setelah retret seperti
saling menghormati, lebih jujur, rajin berdoa, dan membantu teman.
Sebagai penutup
penuh sukacita, diadakan Perayaan Ekaristi (Misa Kudus) yang dipimpin oleh Romo
Leo. Dalam homilinya, Romo Leo menekankan pentingnya membawa semangat kasih dan
pengampunan ke dalam kehidupan sehari-hari.
“Retret ini
bukan akhir, tetapi awal dari perjalanan iman yang baru. Jadilah anak-anak yang
membawa kasih dan damai di mana pun kalian berada,” kata Romo Leo.
Usai misa, para
siswa berfoto bersama. Banyak yang mengaku pulang dengan hati yang lebih damai
dan semangat baru.
Retret: Perayaan Kasih dan Pertumbuhan Iman
Selama tiga
hari, para siswa benar-benar mengalami perjumpaan dengan Tuhan dan diri
sendiri. Mereka belajar tentang kasih, pengampunan, kejujuran, dan bela rasa
melalui pengalaman langsung.
Nilai
Celebration benar-benar hidup dalam setiap momen, bukan hanya perayaan luar,
tetapi juga perayaan batin: bersyukur, berbagi kasih, dan merayakan kebaikan
Tuhan dalam kehidupan.
“Saya ingin
mempertahankan perasaan damai ini dan lebih rajin berdoa,” kata Dyah,
peserta retret.
Dengan semangat
baru, para siswa SD Santo Carolus kembali ke sekolah membawa pesan penting dari retret: Hidup akan
selalu indah jika dijalani dengan kasih, pengampunan, dan rasa syukur.
Penulis: Rina Listiyandari
-
there are no comments yet
