Article Detail

Tamu dari Lombok Timur

Tamu dari Lombok Timur

            Kualitas pendidikan di Indonesia masih perlu ditingkatkan lagi. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: Pertama masih rendahnya pemerataan akses untuk memperoleh pendidikan, baik dari factor ekonomi, cultural, maupun faktor geografis. Kedua, mutu proses dan keluaran pendidikan nasional untuk sebagian besar belum dapat diandalkan, jika dilihat dari capaian prestasi belajar peserta didik baik ketrampilan yang diperoleh maupun relevansinya dalam dunia kerja. Ketiga, manajemen pendidikan yang masih lemah. Keempat, inovasi atau pembaharuan pendidikan yang dilakukan selama ini belum dapat diimplementasikan secara optimal. Faktor yang paling pending yang menyebabkan rendahnya efektifitas pendidikan adalah masih terbatasnya kemampuan pendidik, tenaga kependidikan, dan masih rendahnya dukungan pemangku kepentingan.

            Berkenaan dengan permasalahan tersebut, Direktorat Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan melalui Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan Dasar dan Menengah memandang perlu untuk melaksanakan program Studi Banding Kepemimpinan. Khususnya kepala sekolah dari daerah 3 T (terdepan, terluar, tertinggal). Program ini mengkondisikan para kepala sekolah dari daerah 3 T untuk mempelajari berbagai keunggulan pada sekolah-sekolah yang dituju untuk studi banding.

            Adapun tujuan program studi banding kepemimpinan kepala sekolah adalah menguatkan wawasan dan kemampuan kepala sekolah yang diharapkan akan berdampak terhadap peningkatan mutu pendidikan, khususnya di sekolah daerah 3 T.

            Salah satu sekolah yang digunakan untuk studi banding adalah SD Santo Carolus. 42 kepala sekolah dari Lombok Timur yang mengenyam tugas untuk studi banding diturunkan ke sekolah-sekolah. Bapak Hanafi S.Pd bertugas belajar di SD Santo Carolus didampingi oleh pengawas Gugus III yakni Ibu Dra. Budiarti M.Pd. Banyak hal yang dipelajari dari SD Carolus ini, lebih-lebih terkait dengan pembuatan Dokumen I yang memang di Lombok para kepala sekolah tidak mengenal adanya Dokumen I.

            Sebenarnya dalam hal, bukan Pak Hanafi saja yang belajar, namun kami juga banyak belajar dari Pak Hanafi. Bagaimana keuletan dan ketelatenan Pak Hanafi dalam menghadapi peserta didiknya yang hanya 19 peserta didik perkelasnya dengan kondisi lingkungan yang seringkali tidak mendukung terjadinya proses pembelajaran di sekolah. Keterbatasan sarana dan prasarana dan juga dukungan dari orang tua salah satu penyebab kurang maksimalnya proses pembelajaran di sekolah tersebut.

            Dengan penuh semangat Pak Hanafi kami ajak berjalan-jalan menuju kelas. Di sinipun Pak Hanafi tampak terheran-heran melihat peserta didik yang sedang menyaksikan film yang tengah diputar oleh guru dalam pembelajaran. Dan ada beberapa peserta didik tengah mengerjakan Majalah Dinding dan Menghias kelas untuk menyambut orang tua saat penerimaan Rapor semester ganjil. Pembelajaran di sekolah Pak Hanafi masih sangat konvensional. Pak Hanafi mempunyai mimpi untuk mewujudkan apa yang beliau dapat dari SD Santo Carolus di sekolahnya kelak. Semoga tidak sia-sia kedatangan Pak Hanafi di SD Santo Carolus dan semoga Pak Hanafi bisa mewujudkan impian di sekolahnya kelas. Selamat berjuang. Sukses selalu. (emi)

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment