Article Detail

Peran Kecerdasan Kinestetik Terhadap Kecerdasan Intelektual

Peran Kecerdasan Kinestetik Terhadap Kecerdasan Intelektual

            Proses kegiatan belajar mengajar merupakan proses untuk menyiapkan peserta didik secara utuh. Utuh artinya mampu menguasai berbagai macam kompetensi yang menjadi tuntutan saat ini. Agar peserta didik mampu mencapai tujuan akhirnya, guru dituntut menjadi pendamping dan motivator yang baik. Lebih-lebih guru dituntut mampu menciptakan nuansa pembelajaran yang baik. Termasuk di dalamnya mampu memperhatikan karakter peserta didik yang heterogen.

            Belajar bukanlah mengumpulkan informasi secara pasif, melainkan menciptakan pengetahuan secara aktif. Belajar berdasar aktivitas secara umum, jauh lebih efektif daripada didasarkan presentasi, media, dan materi. Hal ini disebabkan cara belajar itu mengajak peserta didik terlibat sepenuhnya. Gerakan fisik meningkatkan proses mental, sehingga melibatkan tubuh dalam belajar cenderung membangkitkan kecerdasan terpadu manusia sepenuhnya. Menurut Gagne, belajar merupakan proses sederhana ke yang komplek. Proses belajar selalu bertahap mulai dari belajar melalui tanda, kemudian melalui rangsangan-reaksi, belajar berangkai, belajar secara verbal, belajar membedakan, belajar konsep sampai pada cara belajar prinsip dan belajar untuk memecahkan masalah.

            Tujuan tiap pengajaran adalah menimbulkan atau menyempurnakan pola laku dan membina kebiasaan sehingga peserta didik trampil menjawab tantangan situasi hidup secara manusiawi. Keadaan hidup manusia dalam masyarakat modern saat ini berubah sangat cepat. Dengan demikian pengajaranpun harus memperhatikan arus dan laju perubahan yang terjadi di masyarakat. Tujuan mengajar adalah pemikiran dan tindakan yang berdikari, kreatif, dan adaptif,  maka harus diberi kesempatan menggunakan kemampuan rohani dan jasmaninya perlahan-lahan, tahap demi tahap, sampai peserta didik mampu bertindak sendiri secara maksimal.

            Peserta didik harus memperoleh kesempatan untuk memanfaatkan dan mengembangkan bakat dan kemampuannya. Dengan demikian, untuk mencapai kemampuan intelektual yang diharapkan, seorang guru harus mampu memberi keleluasaan secukupnya kepada peserta didik untuk melatih dan mengembangkan kemampuannya dalam berbagai macam kegiatan, khususnya yang terkait dengan pengembangan kinestika peserta didik. Learning by doing, belajar sambil berbuat inilah yang seharusnya dilakukan oleh guru. Dengan cara inilah dapat merangsang peserta didik untuk giat melakukan sesuatu. Dalam kegiatan yang dibuat dan dirancang sendiri oleh peserta didik akan dapat melatih kemampuannya dan meresapkan apa yang didengarnya lewat pengalamannya yang akan bermanfaat dalam perangkat dirinya.

            Kecerdasan kinestetik akan mempunyai pengaruh pada kecerdasan intelektual peserta didik apabila guru mempunyai keberanian menghilangkan cara-cara pengajaran yang konvensional. Karena dengan masih maraknya pengajaran konvensional, pengembangan potensi peserta didik akan kurang maksimal. Guru hanya menstransfer isi buku kepada peserta didik. Supaya peserta didik benar-benar berkembang kinestetiknya, aktifitas kelas diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan jasmaniah/kinestetik hendaknya mengandung berbagai kekuatan manipulatife dalam memecahkan masalah-masalah abstrak. Aktifitas yang memasukkan gerakan fisik, seperti perjalanan lapangan, permainan peran/akting, pelatihan mandiri, kerja tim baik dalam olah raga maupun permainan akan menstimulasi kecerdasan kinestetik. Aktifitas kelas memungkinkan peserta didik bisa mengembangkan dan mempraktekkan kecerdasan jasmani/kinestetik mereka. Seluruh kegiatan dalam pembelajaran memberikan peluang untuk menggunakan dan mengeksplorasi aneka gerakan dan menggunakan objek fisik dalam pembelajaran.

            Salah satu aktifitas kelas yang memabfaatkan lingkungan sekitar peserta didik yang dapat meningkatkan kecerdasan kinestetik adalah dalam pembelajaran IPS, khususnya dalam memahami peta buta. Untuk lebih memahami peta buta, peserta didik dapat memanfaatkan barang-barang tidak terpakai yang ada di lingkungannya, yaitu Koran bekas yang digunakan untuk membuat peta. Peserta didik akan menggunakan seluruh gerak tangannyauntuk membentuk tumpukan Koran yang sudah diproses menjadi bubur kemudian diubahnya menjadi peta-peta kecil sesuai materi peserta didik. Pembuatan peta dari koran bekas ini diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan kinestetik peserta didik.

            Dengan bekerja sama, menggerakkan tubuhnya, peserta didik akan merasa gembira dalam belajar. Belajar dengan kegembiraan akan sangat membantu mengembangkan kecerdasan kinestetik. Kecerdasan kinestetik memberi ciri pada kemampuan untuk mengontrol dan menafsirkan aneka gerakan tubuhnya sendiri. Peserta didik yang menikmati olahraga dan aktifitas fisik, mempunyai pengertian yang bagus tentang arah dan menggerakkan tubuh mereka dengan pengertian ketepatan waktu yang tajam. Peserta didik yang kuat dalam kecerdasan kinestetik mampu melakukan motorik kecil dengan baik dan bisa melakukan aktifitas-aktifitas seperti menyusun, memahat, membongkar, membuat sesuatu, dan mengumpulkan kembali dengan mudah.

            Pembelajaran yang mengarah pada gerak dan aktifitas peserta didik diharapkan mampu menciptakan nuansa pembelajaran yang menyenangkan, dan sebagai dampak terakhir adalah meningkatkan hasil belajar peserta didik dan kualitas pembelajaran.
(C. Emi S)

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment